Risiko Mobil Listrik yang Penting Diketahui dan Dihindari oleh Pengguna

Risiko Mobil Listrik yang Harus Diketahui Pemilik

Share

CaruserMagz.comRisiko Mobil Listrik Dan Hybrid yang Perlu Diketahui Penggunanya – Mobil listrik adalah teknologi yang akan mendominasi industri otomotif dalam beberapa tahun mendatang.

Pabrikan maintsream telah berlomba-lomba memperkenalkan jajaran mobil listriknya untuk 1 dekade ke depan, termasuk mengumumkan strategi elektrifikasi mereka.

Di masa sekarang, ada dua jenis teknologi mobil listrik yang ramai dipasarkan pabrikan, yaitu mobil listrik murni (EV) dan mobil hybrid (HEV) yang merupakan transisi dari mobil bermesin bakar dan EV.

Dalam 5 tahun ke depan, mobil listrik murni kemungkinan akan ramai di jalanan, dan mobil hybrid menjadi standar umumnya mobil di jalanan untuk emisi yang lebih bersih dan konsumsi BBM yang lebih efisien.

Mengapa perlu mengetahui risiko mobil listrik?

Setiap jenis kendaraan dengan teknologi dasarnya masing-masing memiliki risiko terkait keselamatan dan biasanya pabrikan telah menyiapkan prosedur standar untuk mencegah atau mengurangi tingkat risiko.

Sebagai pengguna mobil listrik atau hybrid, kita perlu memahami apa saja risiko atau potensi bahaya tersebut dan bagaimana cara membatasi atau mencegah terjadinya masalah yang bisa mencelakakan baik mobil maupun penumpang.

Apa saja kemungkinan masalah mobil listrik terkait keselamatan berkendara?

1. Risiko Tegangan (Voltase) Tinggi

Tegangan yang digunakan pada mobil hybrid dan mobil listrik jauh lebih besar dari tegangan listrik standar pada mobil ICE, yaitu mulai 48 Volt pada mobil hybrid dan 400 – 800 Volt pada EV.

Sangatlah berbahaya jika arus listrik dengan tegangan sebesar itu terekspos ke badan manusia. Sehingga prosedur untuk menghidari sengatan listrik dari komponen penggerak mobil sangatlah penting diperhatikan pemilik mobil.

Risiko Tegangan Tinggi pada EV
Risiko Tegangan Tinggi pada EV

Sangat tidak disarankan untuk mencoba-coba otak-atik sendiri komponen penggerak mobil, seperti baterai dan motor listrik tanpa teknisi berpengalaman. Karena jika tersengat listrik dengan tegangan 400 – 800 volts, itu mungkin seperti disambar petir.

Pabrikan mobil tentunya telah menetapkan Standar Operating Procedure (SOP) bagi para teknisi mereka, terkait keselamatan. Sehingga tentu pemilik mobil tidak bebas mengoprek komponen powertrain EV sebagaimana hal itu mungkin untuk mobil bermesin bakar.

2. Risiko Ledakan Baterai

Faktanya mobil hybrid dan EV lebih tahan lama berkat teknologi baterai yang semakin berkembang. Tapi pada kondisi tertentu, jika baterai tidak ditangani dengan benar, ada potensi ledakan baterai yang bisa menghanguskan mobil.

Pada tahun 2020, peneliti AutoInsuranceEZ menganalisa data penarikan kendaraan terkait bahaya kebakaran pada mobil elektrifikasi, ternyata semuanya melibatkan masalah baterai.

Para peneliti menyimpulkan bahwa “Masalah baterai berpotensi lebih besar menyebabkan kebakaran, dibanding masalah kabel (korslet)“.

Selain itu, bahaya baterai mobil listrik dan hybrid Jika terjadi ledakan, adalah baterai yang terbakar akan menghasilkan sejumlah besar emisi berbahaya, semisal oksida logam yang bisa menyebabkan efek buruk pada kesehatan manusia serta kerusakan lingkungan.

Mobil Listrik Lebih Berisiko Terbakar
Mobil Listrik Lebih Berisiko Terbakar

Fakta menunjukkan bahwa banyaknya kecelakaan mobil listrik EV yang diikuti kebakaran hebat yang menghanguskan seluruh bagian mobil. Seperti yang dialami sepasangan suami-istri di AS yang hangus di dalam mobil Tesla, setelah mobilnya menabrak pohon.

3. Mobil Listrik yang Sunyi – Risiko bagi Pengguna Jalan Lain

Mobil listrik dan hybrid diapresiasi karena ramah lingkungan terkait polusi udara dan suara. Namun karakter terlalu diam dari mobil hybrid dan EV juga mengandung potensi bahaya.

Jika fitur suara artifisial mobil listrik tidak diaktifkan, maka mobil listrik akan nyaris tidak terdengar oleh pengguna jalan lain. Itu sangat berbahaya terkait risiko menabrak pejalan kaki yang tidak menyadari kehadiran mobil tersebut.

Terlalu senyap juga berbahaya terhadap potensi bertabrakan dengan kendaraan lain, karena jika EV atau HEV berada dititik buta mobil lain dengan peredaman kabin sangat bagus dan tidak memiliki fitur blind-spot monitoring, potensi bertabrakan menjadi lebih besar.

4. Bahaya bagi Teknisi Perawatan Mobil Listrik

Seperti yang kami singgung pada poin pertama, tegangan tinggi pada mobil EV dan HEV juga berpotensi membahayakan teknisi bengkel mobil, apalagi teknisi bengkel non-resmi yang tidak mendapat training khusus mengenai potensi bahaya mobil listrik.

Pada kendaraan listrik dan hybrid terdapat komponen dengan tegangan diatas 60 volt. Termasuk komponen yang mengkonsumsi daya dalam jumlah besar. Secara khusus, jaringan tegangan tinggi pada komponen HEV beroperasi dengan tegangan langsung hingga 650 volt.

Setiap teknisi reparasi mobil listrik yang bekerja harus dilengkapi alat pelindung diri berinsulasi dari tegangan listrik, jika tidak, itu membahayakan nyawa mereka.

Maka, pemilik mobil juga wajib waspada saat menggunakan mobil maupun saat butuh memperbaiki mobil listrik. Jangan berusaha sendiri dengan tips D.I.Y sebagaimana yang bisa dengan aman dilakukan pada mobil ICE.

5. Risiko Akselerasi dari Torsi Instan

Pengendara mobil listrik harus waspada saat berakseleasi. Telah banyak kejadian mobil listrik yang menabrak dinding, kendaraan lain atau pejalan kaki karena pengemudi kehilangan kendali yang diakibatkan menginjak pedal akselerasi terlalu dalam.

Pengemudi yang tidak terbiasa dengan mobil listrik sebaiknya lebih waspada. Refleks yang belum sesuai dengan karakter mobil listrik, berpotensi membahayakan jiwa sendiri dan orang lain.

Tips mengurangi risiko mobil listrik dan hybrid

Seperti dirilis oleh CarfromJapan.com, ada bebera tips untuk mengurangi risiko kecelakaan terkait mobil listrik, yaitu sebagai berikut:

  • Putuskan hubungan baterai dengan sistem kendaraan sebelum melakukan apapun pada mobil listrik. Sakelar pengaman atau mekanisme pemutusan biasanya disediakan pada lokasi tertentu yang diberitahukan pada buku manual.
  • Jangan berakselerasi tiba-tiba saat mengendarai mobil listrik atau hybrid.
  • Jangan berkendara dengan kecepatan tinggi dalam waktu lama, karena itu akan meningkatkan temperatur baterai dan menguras daya tahan baterai lebih cepat.
  • Perhatikan prosedur keselamatan saat mengecas baterai.

Saat menggunakan kendaraan hybrid, menurut para ahli, pengemudi harus memperhatikan hal-hal berikut:

  • Mode EV harus diprioritaskan.
  • Menginjak gas dengan lembut dan tegas akan membantu kerja motor listrik lebih lama.
  • Menekan rem dengan ringan dan dini akan membantu memulihkan baterai lebih cepat.
  • Saat berhenti di lampu lalu lintas, jangan posisikan tuas persneling ke N karena itu mengurasi daya baterai. Jika berhenti lama, posisikan tuas persneling ke P.
  • Saat mengemudi di jalan terbuka seperti jalan tol, prioritas sebaiknya diberikan untuk menggunakan sistem Cruise Control.

Kesimpulan

Mengetahui potensi bahaya atau risiko mobil listrik sangatlah penting bagi pemilik dan teknisi perbaikan mobil listrik.

Rasa ingin tahu dan mencoba-coba oprek komponen penggerak mobil listrik bukanlah tindakan bijak yang bisa dilakukan serampangan. Karena risikonya sangat berbahaya hingga bisa menyebabkan kematian.

Menggunakan kendaraan listrik dan hybrid di masa depan akan menjadi salah satu cara efektif untuk melindungi lingkungan dan menghemat bahan bakar. Namun sangat penting melindungi diri dari risiko saat memiliki dan menggunakan mobil listrik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *