Benarkah Punya Mobil di Jepang Ribet dan Mahal? Begini Faktanya
Hal yang berbeda dari urusan tersebut di Jepang adalah ketatnya aturan dan kedisiplinan aparatnya dalam menjalankan aturan. Sehingga pembeli mobil disana tidak bisa mengakal-akali aturan.
Namun bagi orang Jepang, tentunya itu adalah hal biasa yang mereka terbiasa mematuhinya, sehingga tidak terkesan ribet apalagi mahal.
Lalu seribet dan semahal apa untuk memiliki mobil bagi orang Jepang di negaranya? Berikut ulasan dari situs otomotif khusus mobil Jepang.
1. Harus Punya Tempat Parkir
Ketika hendak membeli mobil, calon pembeli harus membuktikan bahwa dia memiliki area parkir untuk mobil tersebut, baik di rumahnya atau bisa juga di tempat parkir berbayar yang jaraknya tidak lebih dari 2 km dari tempat tinggalnya.
Bukan pihak berwenang atau aparat negara yang meminta dokumen dan melakukan pengecekan untuk tempat parkir tersebut, melainkan pihak dealer dimana sang pembeli akan membeli mobilnya.
2. ‘Shaken’ sebagai Jaminan Kelayakan
Ada istilah ‘Shaken’, yaitu semacam sertifikat layak jalan pada mobil yang berlaku dalam jangka waktu tertentu, biasanya 2 tahun dan harus diperbarui sebulan sebelum tiap masa kadaluarsanya. Uji kelayakan ini diberlakukan pada mobil bekas atau mobil yang telah berumur tertentu.
Pihak showroom mobil bekas akan mengenakan biasa inspeksi pada calon pembeli, yang menjadi syarat dikeluarkannya shaken tersebut. Jasa inspeksi tersebut juga dilakukan oleh pihak swasta yang telah diberi izin. Kantor Biro Transortasi juga melakukan inspeksi tersebut.
3. Tambahan Pajak untuk Mobil Tua
Ada aturan di Jepang yang memberlakukan tambahan biaya pajak sebesar 10% untuk mobil yang berumur lebih dari 13 tahun. Namun jika ada rumor yang mengatakan pajak mobil makin mahal dengan bertambah tua mobil di Jepang, itu hanya mitos.
4. Seberapa Mahal Biaya Memiliki Mobil di Jepang?
Di Jepang ada pembedaan pajak dan biaya-biaya wajib untuk mobil pribadi berdasarkan ukuran mobilnya, yaitu antara mobil besar dan mobil kecil atau yang disebut ‘Kei Car’ dengan kubikasi mesin 650cc ke bawah.
Berikut perkiraan biaya operasional mobil di Jepang, baik biaya-biaya wajib terkait peraturan seperti pajak, hingga ke biaya bahan bakar dan parkir, yang rata-rata memang lebih mahal dibandingkan di Indonesia.
Keterangan | Pelat Putih (Mobil Besar) | Pelat Kuning (Kei Car) |
Shaken (berlaku 2 tahun) |
Â¥120.000 atau lebih (sekitar Rp. 14,4 Jt) |
Â¥70.000 hingga Â¥100.000 (sekitar Rp. 8,4 – 12 Jt) |
Pajak Mobil Tahunan |
Â¥30.000 hingga Â¥50.000 (sekitar Rp. 3,6 – 6 Jt) |
Â¥5.000 hingga Â¥20.000 (sekitar Rp. 600 rb – 2,4 Jt) |
Tambahan 10% dari Pajak Tahunan untuk mobil berusia > 13 tahun |
Â¥3.000 hingga Â¥5.000 (sekitar Rp. 360 – 600 rb) |
|
Asuransi per Tahun | ¥30.000 (sekitar Rp. 13,6 Jt) |
Â¥20.000 (sekitar Rp. 2,4 Jt) |
Asuransi Pilihan | ¥40,000 hingga ¥70,000
(sekitar Rp. 4,8 – 8,4 Jt) |
|
Sewa Parkiran per Tahun | Â¥0 hingga Â¥20,000 (Pedesaan ke Perkotaan) (sekitar 0 – Rp. 2,4 Jt) |
|
Biaya Parkir Singkat |
Â¥100 t- Â¥500/jam atau Â¥500 – Â¥5,000/hari (Rp. 12 rb – 60 rb/jam atau hingga 600 rb/hari |
|
Harga Bahan Bakar | Sekitar ¥110/L (Rp. 13 rb/Liter) | |
Servis Rutin |  Hingga ¥50,000 (Sekitar Rp. 6 jt/tahun) |
Baca juga:
- Kebiasaan Mengemudi Orang Jepang yang Patut Ditiru
- Mengapa Mobil Kecil Berbentuk Kotak Lebih Disukai di Jepang?
Dari daftar di atas, dapat kita simpulkan, dibandingkan dengan biaya operasional mobil di Indonesia, uang yang harus dikeluarkan orang Jepang untuk memiliki mobil memang lebih banyak.
Misalnya ada biaya Shaken yang jumlahnya bisa berkisar Rp. 4 hingga Rp. 7 juta per tahun. Belum lagi ada biaya sewa parkir tahunan untuk warga perkotaan, karena rata-rata tidak ada lahan parkir di rumah mereka mengingat lahan yang terbatas.
Biaya parkir singkat juga jauh lebih mahal hingga 6 – 10 kali lipat dibanding ongkos parkir di Indonesia, tergantung lokasi parkir. Harga bahan bakar juga lebih mahal karena tidak ada istilah subsidi bbm disana.
Namun sebenarnya daftar tersebut dapat dikatakan tidaklah luar biasa lebih mahal dibanding di Indonesia. Apalagi mengingat tingkat pendapatan orang Jepang juga lebih tinggi dari rata-rata masyarakat ekonomi menengah di negara kita.