Porsche Mulai Produksi eFuel, Bahan Bakar Sintetis Penyelamat Teknologi Mesin Bakar
CaruserMagz.com – Porsche Mulai Produksi eFuel – Saat dunia sedang beralih ke teknologi kendaraan listrik sepenuhnya, para Insinyur Porsche berpikir untuk mempertahankan teknologi mesin bakar. Namun mencari cara terbebas dari rasa bersalah atau tanpa harus berperang dengan pecinta lingkungan terkait emisi karbon.
Sebuah jalan tengah yang damai telah ditemukan oleh para ilmuwan Porsche, yaitu dengan membuat bahan bakar sintetis yang mereka sebut “eFuel“.
Proyek bahan bakar buatan yang ramah lingkungan itu telah dimulai pada September 2021 silam, dengan membangun fasilitas produksi eFuel di Punta Arenas, Chili. Sebelumnya, eFuel telah sukses di tahap uji laboratorium dan pengujian pada mobil bermesin bakar normal di trek tertutup.
Pabrik produksi eFuel telah rampung sejak pertengahan 2022 dan di akhir tahun ini, Porsche mulai produksi eFuel.
Peresmian fasilitas tersebut dihadiri oleh menteri energi Chili, Diego Pardow, dan anggota Dewan Eksekutif Porsche, Barbara Frenkel dan Michael Steiner.
Seremoni pembukaan jalur produksi dilakukan dengan pengisian bahan bakar eFuel dari hasil produksi batch pertama ke mobil Porsche 911.

Porsche Mulai Produksi eFuel untuk Tahap Pilot Project
Fase pilot-project dari produksi eFuel akan memproduksi sekitar 130.000 liter per tahun. Pada fase ini, eFuel akan digunakan dalam kegiatan motorsport seperti Porsche Mobil 1 Supercup, termasuk sebagai BBM untuk fasiltias Porsche Experience Centers.
Setelah fase percontohan sukses, proyek ini akan berkembang dan diharapkan menghasilkan 55 juta liter per tahun di pertengahan dekade ini (2035). Fasilitas di Chili diproyeksikan untuk mampu menghasilkan 550 juta liter eFuel per tahun.
Di tahap yang lebih lanjut, Porsche berencana membangun fasilitas yang sama di beberapa negara yang kaya akan sumber energi terbarukan, dengan pembangkit tenaga angin, semisal Australia dan AS.
Dalam proyek ini, Porsche bekerjasama dengan banyak perusahaan energi seperti ExxonMobil, Siemens Energy, Chili Andes Mining & Energy (AME), EIG, Baker Hughes Company, dan Gemstone Investments.

Apa itu eFuel?
Efuel adalah Methanol sintetis (CH3OH) berbahan baku air (H2O) dan Carbon Dioxide (CO2) yang diekstrak dari udara bebas.
Sehingga bahan bakar cair ini disebut sebagai turunan Hidrogen, untuk membedakannya dari bahan bakar Hidrogen yang digunakan pada fuel-cell Vehicle.
Proses pembuatannya dilakukan dengan memisahkan gas Hidrogen (H2) dan Oksigen (O2) dari molekul air melalui proses Elektrolisa (listrik bertegangan tinggi). Kemudian gas Hidrogen direaksikan dengan CO2 yang diambil dari udara bebas untuk menjadi methanol.
Proses produksi ini menjadi siklus yang baik untuk lingkungan, karena menyerap CO2 dari udara bebas. Itu berarti mengurangi emisi karbon, kemudian melepas gas Oksigen ke lingkungan. Itu seperti proses yang dilakukan tumbuhan.
Di sisi lain, pembakaran gas methanol menghasilkan lebih sedikit emisi karbon dibandingkan bahan bakar fossil.
Namun yang terpenting dari proyek ini adalah bahwa energi listrik yang digunakan untuk proses elektrolisa air, dihasilkan dari pembangkit yang juga tanpa emisi karbon, yaitu dari turbin angin.
Michael Steiner mengatakan bahwa setidaknya eFuel bisa menjadi solusi di masa transisi ke teknologi listrik murni. Karena dalam satu dekade ke depan, dunia belum akan siap beralih sepenuhnya ke teknologi EV. Dia memperkirakan hanya akan ada 20% dari seluruh mobil di dunia adalah EV di 2030.
“Kita masih sangat membutuhkan energi fosil tambahan di seluruh dunia, dan Anda tidak dapat menggantinya dalam satu dekade dengan energi listrik,” kata Steiner.
Mamfaat eFuel bagi Lingkungan dan Industri Otomotif
Setidaknya disebutkan ada 4 keuntungan bagi dunia otomotif dan lingkungan jika proyek eFuel ini sukses, yaitu sebagai berikut:
Siklus tertutup CO2 dan O2 menjadi keseimbangan bagi lingkungan hidup – Proses produksi eFuel menyerap karbon dioksida dari lingkungan yang sebelumnya dihasilkan oleh pembakaran baik kendaraan ataupun emisi industri.
Emisi eFuel nyaris tanpa karbon – Pembakaran eFuel di mesin bakar menghasilkan emisi karbon yang jauh lebih bersih dibanding bahan bakar fossil. Maka akan terjadi defisit CO2 dalam siklus produksi dan pembakaran eFuel di kendaraan. Porsche memperkirakan bahwa siklus itu akan mengurangi CO2 di lingkungan sebesar 85%.
eFuel dapat menggantikan BBM fossil secara langsung pada kendaraan ICE – Tidak memerlukan pengaturan atau komponen tambahan pada kendaraan bermesin bakar yang saat ini beredar di jalanan, eFuel dapat langsung digunakan layaknya BBM di pom bensin saat ini.
Infrastruktur penyaluran BBM tidak perlu diganti atau diubah – eFuel adalah BBM cair yang bisa diangkut dan didistribusikan dari pabrik hingga sampai ke mulut tanki BBM kendaraan, menggunakan fasilitas infrastruktur yang ada sekarang.
Bagaimana dengan Harga eFuel sampai di Konsumen?
Tentu menjadi pertanyaan bagi konsumen, akan seperti apa harga jual eFuel sampai di konsumen? Apakah akan jauh lebih mahal dari BBM fossil yang ada sekarang? mengingat proses produksinya yang menggunakan energi listrik besar.
Menjawab pertanyaan itu, Steiner mengatakan bahwa biaya produksi eFuel dalam tahap pilot-project saat ini adalah berkisar sekitar $10 per liter atau sekitar Rp 155.000/liter.
Namun dia menambahkan bahwa pihaknya berharap bisa menurunkan biaya produksi hingga $2 (sekitar Rp 31.000) per liter dalam kurun waktu 2026-2027. Hal itu akan dicapai salah satunya dari peningkatan volume produksi, yang berakibat pada lebih besarnya efisiensi proses produksi.
Harapan Cerah bagi Pecinta ICE
Jikapun eFuel akan berharga mahal, setidaknya ini menjadi pembuka harapan bahwa teknologi mesin bakar akan tetap hidup, tanpa mencemari lingkungan dengan emisi karbon.
Ini juga bisa jadi angin segar bagi pecinta kendaraan bermesin bakar dengan segala kesenangannya. Semisal raungan mesin, torsi yang terus terisi, hingga mobil manual untuk kenikmatan menyatu dengan dapurpacu mobil.
Walau mungkin dalam 2 dekade ke depan mobil bermesin bakar atau ICE akan menjadi barang koleksi. Dia tidak akan menjadi barang antik yang hanya menjadi hiasan di ruang pameran. Tapi tetap bisa berjalan anggun di aspal dan meraung, tanpa mengotori udara dengan asap hitam.