BLOG INI DIJUAL (SILAHKAN DITAWAR) HUBUNGI: 0813 7752 5527

Kelemahan Mobil China, Mengapa Belum Bisa Kalahkan Merek Jepang

Kelemahan Mobil China - Mengapa Kurang Diminati

Share

CaruserMagz.comMenelisik Kelemahan Mobil China – Kehadiran mobil dari merek-merek China di Indonesia memberi alternatif menarik bagi konsumen otomotif. Pasalnya mobil China ditawarkan dengan harga jauh lebih murah dibanding mobil dari merek Jepang pada segmen yang sama.

Selain itu, mobil-mobil China dilengkapi fitur-fitur menarik yang berlimpah, baik fitur fungsional, maupun yang bersifat gimmick semisal fitur hiburan dan kemewahan.

Misalnya hadirnya fitur Voice Command di mobil menengah ke bawah, dimana fitur-fitur tersebut sebelumnya hanya ada di mobil premium Eropa semisal Mercedes-Benz. Berlimpahnya fitur konektifitas internet, ADAS, dan lain sebagainya.

Fenomena tersebut membuat merek Jepang jadi terkesan pelit fitur. Karena dengan fitur yang minim, harga mobil Jepang lebih mahal sekitar 30 – 40% dibanding mobil China.

Mobil China tetap Kurang Laris

Namun demikian, faktanya mobil China masih belum selaris mobil Jepang di Indonesia. Wuling mungkin adalah merek China terlaris saat ini, namun itu tetap tidak sebanding dengan merek-merek Jepang yang masih sangat dominan.

Lalu apa saja penyebab mobil China belum begitu diminati di Indonesia? Mengapa dengan berbagai kelebihan fitur dan harga yang jor-joran, konsumen Indonesia sepertinya tidak banyak yang tergoda untuk membeli mobil China?

Kami coba menemukan jawabannya dari berbagai fakta yang disampaikan para reviewer otomotif, baik di platform website maupun review di berbagai Channel Otomotif di YouTube.

Kelemahan Mobil China

Dari penelusuran tersebut, kami mendapatkan beberapa kelemahan mobil China yang menjadi hambatan terbesar bagi konsumen untuk membelinya, yaitu sebagai berikut:

Teknologi Mesin

Banyak disampaikan oleh reviewer professional bahwa kekurangan utama mobil-mobil China adalah pada teknologi mesin bakarnya yang masih tertinggal dari merek Jepang.

Kekurangan itu terkait semua hal yang menjadi perhatian konsumen, yaitu keiritan bahan bakar, dan performa berkendara.

  • Keiritan Bahan Bakar mobil China masih kurang effisien dibanding mobil Jepang. Bahkan pada varian yang sudah menggunakan teknologi turbo. Misalnya Wuling Almaz yang sama-sama mengusung mesin 1500cc Turbo dengan Honda CR-V, secara efisiensi BBM Almaz kalah jauh dari CR-V. Pada mobil berteknologi hybrid, mobil China juga tidak sebaik mobil hybrid Jepang efisiensinya.
  • Performa – meskipun diklaim memiliki angka tenaga yang lumayan besar, kenyataannya itu tidak terefleksi dari performa mobil saat dipacu. Terjadi delay yang signifikan dan akselerasi mobil China yang tidak sebaik mobil Jepang.
  • Transmisi – Transmisi mobil China masih banyak disebut tidak seresponsif mobil Jepang. Sehingga mengurangi kenikmatan mengemudi.
Mesin dan Transmisi Wuling Cortez
Mesin dan Transmisi Wuling Cortez

Padahal mesin merupakan faktor cost yang lumayan besar pada suatu mobil. Itulah mengapa harga mobil Jepang lebih mahal pada segmen yang sama. Karena ada faktor value for money untuk teknologi mesin mobil Jepang yang lebih baik.

Itulah mengapa konsumen yang rasional masih lebih memilih mobi Jepang, walau secara fitur tidak sebaik mobil China. Karena efisiensi bahan bakar dan kesigapan mesin cukup penting dalam berkendara.

Kenikmatan Mengemudi

Mesin dan transmisi yang kurang responsif, karakter feedback setir yang kurang baik, serta posisi mengemudi yang kurang fleksibel pada mobil China, berkontribusi pada rasa mengemudi yang kurang fun.

Mobil-mobil China seperti Wuling dan DFSK lebih diprioritaskan pada kenyamanan penumpang, ketimbang kenyamanan pengemudi. Padahal pembuat keputusan dalam membeli mobil pada umumnya adalah orang yang akan mengemudikan mobil, yaitu kepala keluarga atau orang-orang muda yang akan mengemudikan mobilnya sendiri.

Desain Kurang Menarik dan Kurang Berkarakter

Faktor desain yang kurang menarik juga menjadi salah satu faktor mengapa mobil China kurang diminati di Indonesia. Misalnya Wuling dan DFSK, bahasa desain yang mereka pakai masih berkesan mobil-mobil di era tahun 2000an.

Itu terlihat dari bentuk Wuling Confero, Cortez dan Almaz. Begitu juga DFSK dengan seluruh lineup-nya yang kurang memiliki kesan modern kekinian.

Di sisi lain, mobil-mobil China kurang memberi kebanggaan pada pemiliknya dari sisi desain, karena masih terkesan mencontoh desain mobil-mobil dari merek lain. Misalnya interior DFSK yang berkesan meniru BMW, namun kualitas bahan dan build quality-nya tidak lebih baik dari mobil Jepang.

Bahkan Chery yang berusaha menghadirkan mobil di segmen premium, masih terkesan meniru Audi pada beberapa sisi mobilnya. Misalnya wajah Tiggo 8 Pro dan 7 Pro yang ada kemirikan dengan Audi Q8 dan Q7.

Kekurangan di Sisi Mobil

Pada mobilnya sendiri, beberapa poin masih menjadi kekurangan umum mobil-mobil China. Walau di banyak hal sudah sangat superior. Berikut yang kami catat dari ulasan banyak reviewer professional:

  • Ergonomi Posisi Pengemudi – Banyak merek China tidak memberi perhatian khusus pada kenyamanan pengemudi. Misalnya tidak adanya fitur telescopic steering, posisi setir yang terlalu miring, pengaturan kursi pengemudi yang terlalu tinggi, dan lain sebagainya.
  • Build quality pemasangan komponen interior – beberapa mobil China masih didapati dengan pemasangan komponen interior yang kurang rapi, semisal gap antar komponen dashboard, doortrim dan lainnya.
  • Kualitas bahan: Secara level bahan, memang mobil China terkesan superior. Misalnya pada varian menengah sudah menggunakan pembalut jok kulit. Namun jika ditelisik lebih detail, kualitas bahan kulit mobil China tidak sebaik jok kulit pada mobil Jepang. Itulah mengapa mobil China dengan jok kulit bisa lebih murah dari mobil Jepang.
  • Fungsionalitas Fitur: Beberapa fitur dikeluhkan kurang berfungsi dengan baik. Misalnya AC yang kurang dingin, Fitur Voice Command kurang responsif dalam menanggapi perintah penumpang, dan lain sebagainya.
  • Suspensi empuk Tapi kurang solid: Mobil China banyak dibuat dengan suspensi empuk untuk kenyamanan penumpang. Namun empuknya agak berlebihan sehingga membuat mobil jadi limbung, sedangkan mobil Jepang, meskipun empuk tetap terasa solid. Komparasi ini misalnya pada Wuling Almaz vs Honda CR-V dan Nissan XTrail.

Brand Image

Brand image mungkin hanya masalah waktu terkait pembuktian durabilitas dan kehandalan. Namun mobil adalah barang mahal yang membuat orang tidak mau berjudi, khususnya para pembeli mobil pertama. Karena sekali membeli mobil yang tidak sesuai ekspektasi, akan menjadi penyesalan selamanya.

Stikma negatif mobil China yang kurang handal komponennya, masih menghantui konsumen Indonesia pada umumnya. Sehingga fitur-fitur menarik pada Mobil China dinilai hanya gimmick belaka.

Rasa kurang bergengsi membeli mobil dari merek yang tidak sepopuler merek mainstream juga masih menjadi karakter orang Indonesia. Padahal mobil adalah barang yang sangat erat kaitannya dengan prestise atau gengsi.

Misalnya orang yang memiliki Honda CR-V akan terlihat lebih elegan dan lebih berkharisma dibanding orang yang membeli mobil pada segmen yang sama, tapi dari merek yang tidak dikenal luas oleh masyarakat.

Jaringan Dealer dan Servis Purna Jual

Jaringan dealer dan servis yang luas juga menjadi kelemahan merek-merek China. Karena pembeli mobil di kota kabupaten atau lebih jauh ke kecamatan, akan berpikir ulang untuk membeli mobil yang tidak tersedia bengkel resmi yang dekat tempat tinggalnya.

Apalagi, masih tingginya persentase pembeli mobil yang berpola pikir, bahwa membeli mobil itu harus datang langsung ke dealer mobilnya dan melihat langsung sosok mobilnya. Sehingga eksistensi dealer dan bengkel resmi masih menjadi hal penting.

Kalangan muda yang melek internet mungkin sudah banyak, tapi kebanyakan mereka belum berada pada level kemampuan ekonomi untuk membeli mobil.

Ketersediaan Spare Part Alternatif

Kekhawatiran akan ketersediaan suku cadang juga masih menjadi salah satu faktor penting di Indonesia. Sedangkan ketersediaan suku cadang mobil dari merek Jepang sangat berlimpah, hingga di toko-toko onderdil mobil di pelosok. Itu memberikan peace-of-mind bagi konsumen.

Belum banyaknya populasi mobil China, juga membuat belum banyaknya pihak ketiga yang mengembangkan spare part alternatif. Sehingga ketersediaan spare part mobil China masih terpusat di jaringan service resmi, yang jumlahnya juga terbatas.

Resale Value

Tak dapat dipungkiri, nilai jual kembali mobil masih menjadi pertimbangan penting bagi konsumen Indonesia. Karena tidak banyak orang yang berpikir akan memiliki suatu mobil dalam waktu yang lama.

Apalagi cepatnya perubahan desain dan teknologi mobil, membuat cepatnya hadir model-model baru yang menggoda konsumen untuk mengganti mobil. Maka mobil dengan penurunan harga terkecil adalah pilihan paling logis, untuk mempermudah konsumen mengganti mobil dengan yang baru.

Resale value masih menjadi kelemahan mobil China, karena masih tidak sebaik mobil dari merek Jepang, sehingga banyak konsumen yang masih enggan membelinya.

Kesimpulan

Dari ulasan panjang di atas, kami bisa simpulkan bahwa kelemaham mobil China yang utama adalah sebagai berikut:

  • Teknologi mesin yang belum baik: Efisiensi BBM dan Performa.
  • Kenyamanan pengemudi dan rasa berkendara yang kurang fun to drive.
  • Desain kurang menarik dan kurang berkarakter.
  • Jaringan Dealer dan Service: Termasuk ketersediaan Spare part.

Semoga di masa mendatang, pabrikan otomotif dari merek China terus memperbaik kekurangan-kekurangan produknya, sehingga konsumen diuntungkan dari persaingan yang sehat antara pabrikan.

Jika Sobat memiliki pendapat berbeda atau tambahan informasi, jangan ragu untuk berbagi di kolom komentar artikel ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected!! (Konten ini Dilindungi)