BLOG INI DIJUAL (SILAHKAN DITAWAR) HUBUNGI: 0813 7752 5527

Beberapa Negara Uni-Eropa Tidak Setuju Pelarang Mobil Mesin Bakar, Solusi Tunggal EV Dianggap Salah

Negara Uni Eropa Tidak Setuju Pelarangan Mobil Mesin Bakar

Share

CaruserMagz.comBeberapa Negara Uni-Eropa Tidak Setuju Pelarang Mobil ICE – Uni Eropa telah menyepakati bahwa tahun 2035 adalah batas terakhir bagi eksistensi mobil bermesin bakar di Eropa. Artinya itu adalah waktu yang diputuskan untuk memulai pelarangan mobil bermesin bakar (ICE) atau dimulainya hanya ada mobil listrik di jalanan negara-negara uni Eropa.

Pemungutan suara di sidang perwakilan negara-negara Eropa telah dilangsungkan pada tahun 2022 lalu. Undang-undang pelarangan mobil bermesin ICE sudah disahkan parlemen Uni Eropa.

Beberapa pabrikan besar seperti Mercedes Benz, VW, Ford, Volvo, Fiat dan Jaguar, juga telah menyatakan dukungannya pada keputusan itu. Mereka mengumumkan hanya akan menjual mobil listrik murni di Eropa sejak 2030-2033. Sehingga target 2035 tidak ada lagi mobil bermesin bakar di jalanan bisa tercapai.

Namun sepertinya keputusan itu mendapat hambatan untuk bisa terlaksana sesuai target. Mobil ICE kemungkinan masih akan memperpanjang umurnya, setelah beberapa negara Uni Eropa menyatakan keberatan dengan keputusan itu.

Pernyataan Penolakan Bermunculan

Jerman dan Italia sebagai 2 negara yang ekonmominya sangat ditopang industri otomotif, mengancam untuk memblokir keputusan parlemen Uni Eropa terkait pelarangan mobil bermesin bakar di tahun 2035.

Perwakilan Jerman menyatakan bahwa mereka tidak dapat memberi persetujuan atas keputusan itu, kecuali Komisi Eropa membuat konsesi untuk bahan bakar sintetis. Hal itu disampaikan oleh Menteri Transportasi Jerman, Volker Wissing, kepada penyiar ARD.

“Kami membutuhkan bahan bakar sintetis (e-fuel) karena tidak ada alternatif jika kami ingin mengoperasikan armada kendaraan kami dengan cara yang netral iklim,” kata Wissing seperti dilaporkan Bloomberg

“[Kita] harus tetap membuka semua opsi teknologi dan juga menggunakannya. Saya tidak mengerti pertarungan melawan mobil ini dan mengapa orang ingin melarang beberapa teknologi,” sambung Wissing.

Kita bisa menangkap maksud Menteri Transportasi Jerman tersebut, bahwa jika yang bermasalah adalah bahan bakar fossil-nya, mengapa teknologi mobilnya yang dilarang. Semestinya jika ada alternatif bahan bakar yang sangat minim emisi, mobil bermesin bakar tidak boleh dibunuh.

Bukan hanya Jerman dan Italia yang mengemukakan ketidak setujuannya. Beberapa negara Uni-Eropa tidak setuju pelarang ICE antara lain adalah Polandia dan Hongaria, yang juga menentang keputusan Uni-Eropa tersebut.

Di level pabrikan mobil, VW telah berjanji hanya akan memproduksi mobil listrik pada tahun 2033. Sementara Porsche dan BMW menyatakan tidak dapat mendukung solusi tunggal ke mobil listrik. Semestinya ada rencana multi-energi yang mencakup mesin bakar menggunakan bahan bakar yang bebas emisi, semisal hidrogen.

Alasan Penolakan dan Solusi Lain pada Permasalahan Emisi

Beberapa negara Uni-Eropa tidak setuju pelarang mobil ICE tersebut dipicu oleh masih mungkinnya mesin bakar dipakai pada kendaraan tanpa menimbulkan emisi karbon. Bahan bakar non-carbon semisal Hidrogen, adalah solusi untuk keberlangsungan teknologi mesin bakar tanpa menimbulkan masalah lingkungan.

Belakangan, ilmuwan mendapatkan solusi alternatif berupa Methanol yang dibuat dari proses hidrolisis air dan mengambil Karbon Dioksida dari udara bebas. Proses produksi methanol yang disebut e-fuel tersebut menjadi siklus kebalikan dari emisi karbon, tapi sebaliknya mengurangi karbon dioksida di lingkungan.

E-Fuel yang digagas Porsche telah menunjukkan keberhasilan di tahap pilot project dan produksi dalam julam besar telah dimulai di Chili, Amerika Selatan. Bahan bakar sitetis tersebut memberi harapan pada umur teknologi mesin bakar yang lebih panjang, disamping bahan bakar Hidrogen. Hanya saja, biaya produksinya masih sangat tinggi, yaitu sekitar 10 kali lipat dari harga bensin.

Porsche mulai produksi eFuel
Porsche mulai produksi eFuel

Pesimisme pada Teknologi Mobil Listrik

Mobil listrik telah dipercaya sebagai masa depan dunia otomotif hingga saat ini. Pabrikan bukan pesimis mengenai reliabilitas mobil listrik. Namun lebih pada biaya produksi yang masih tinggi dan tidak seimbangnya suplai bahan baku baterai untuk mobil listrik terhadap permintaan.

Kesulitan rantai pasokan menyebabkan biaya produksi mobil listrik masih terlalu tinggi, hingga tidak terjangkau oleh kebanyakan konsumen.

Terjadi pesimisme di level pabrikan dan negara-negara pembuat mobil mengenai pasokan bahan baku baterai EV, semisal Nikel, Bauksit dan Lithium. Persaingan itu bukan hanya berhadapan antar sesama pabrikan otomotif, tapi lebih luas pada industri elektronik semisal pembuat komputer dan smartphone.

Di sisi lain, negara-negara penghasil bahan baku baterai listrik mulai sadar betapa besarnya potensi ekonomi dari mineral-mineral terkait. Sehingga tidak lagi mudah disetir oleh negara-negara produsen otomotif untuk mengekspornya dalam bentuk bahan mentah.

Kekisruhan Indonesia versus Uni-Eropa di WTO adalah salah satu bukti dari perebutan sengit pada hak keekonomian dari mineral-mineral bahan baku baterai EV.

Perang Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan juga menjadi salah satu penghambat kemajuan industri mobil listrik. Karena kedua negara tersebut merupakan penyumbang terbesar bahan-bahan baku terkait untuk memproduksi chip semikonduktor.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected!! (Konten ini Dilindungi)